Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Konflik Internal, Polisi Presisi Angkut Jemaat HKBP ke Poldasu

Minggu, 22 Mei 2022 | Mei 22, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-05-23T01:59:14Z
PEWARNA PUBLIK MEDAN,-  Situasi di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pabrik Tenun,Medan mencekam. Puluhan Jemaat dan Penatua “diangkut” petugas kepolisian ke Poldasu Sabtu (22/5) malam sekira pukul 19.00 WIB.

Kejadian yang disaksikan banyak jemaat tersebut, sempat mengheboh, sebab pihak kepolisian mendatangkan ratusan personil  dengan senjata laras panjang  lengkap.

Menurut keterangan yang berhasil dihimpun dari para jemaat HKBP Pabrik Tenun yang mengaku mengetahui kronologis kejadian sampai dirinyapun turut dibawa ke Poldasu menjelaskan, awalnya para jemaat sekitar pukul 16.00 WIB melakukan olah raga  senam di halaman gereja HKBP Pabrik Tenun di Jalan Pabrik Tenun Medan Petisah kota Medan, Sabtu (21/5) sore.

Setelah olah raga senam dilanjutkan latihan song leader untuk kegiatan ibadah Minggu esoknya (22/5), dan dari pendukung Pdt Rumondang Sitorus  sudah didalam gereja terlebih dahulu.

“Kami pun meminta tolong agar bergantian memakai alat musik karena kami sudah lama tidak memakai alat musik tu.  Dan saat hendak latihan kebaktian sesi kedua, datang polisi dan dari kelurahan, padahal acara latihan musik masih berlangsung,” katanya.

Sekitar pukul 18.00 WIB, jumlah personil polisi pun semakin banyak, namun latihan musik untuk latihan ibadah Minggu 22 Mei 2022  tetap berlanjut.

Selanjutnya, pihak kepolisian mencoba masuk kedalam dan mengatakan hendak membawa para pemain musik. Namun jemaat yang mendengar spontan membela para pemusik. 

“kamu siapa, apa dasar  kamu membawa pemain musik kami. Kamu salah sasaran, ini latihan untuk ibabah Minggu besok," kata satu jemaat memberi keterangan.

Polisinya diam. Lantas para jemaat meminta petugas berbaju preman untuk keluar.

“Ada sekitar empat atau lima berbaju preman. Karena saat beribadah Minggu dibeberapa minggu yang lalu, gereja HKBP Pabrik Tenun ada didatangi preman,” terang jemaat.

Jemaat tersebut menambahkan, tidak lama kemudian, ratusan personil kepolisian dan petugas gabungan termasuk Polwan dan Sabhara, Satpol PP serta TNI  mencoba masuk kedalam gedung gereja untuk menangkap pemain musik. Namun jemaat lain berusaha melindungi pemain musik tersebut.

"Lalu kami melihat ada satu unit mobil Water Canon, dan kami juga melihat truk milik Polri sudah diarahkan kearah pintu masuk halaman gereja. Dan banyak polisi melakukan pagar betis layaknya akan melakukan penangkapan terhadap pelaku kerusuhan atau pelaku kriminal,” sebut jemaat tersebut.

Sambung jemaat itu lagi, karena jumlah pasukan polisi dan  juga TNI  membawa laras  panjang semakin banyak, padahal jumlah jemaat yang ada hanya sekitar 100 orang mereka pun histeris.

Pihak Polwan pun mencoba masuk dan ketika ada jemaat yang protes, maka langsung ditangkap dan diarahkan serta dinaikkan ke atas truk yang telah disiapkan.

“Kejadian ini akhirnya menimbulkan kepanikan, sebab kami merasa tidak ada melakukan kerusuhan atau keributan apapun di gereja kami sendiri, malah kami ditangkap dan diperlakukan layaknya pelaku kriminal atau kasarnya lagi mirip terduga teroris,” ucap jemaat itu sedih.

Diceritakan juga, ada dua truk yang membawa mereka ke Poldasu. Selama diperjalanan menuju Poldasu, kenderaan melaju sangat kencang dan tidak berfikir yang dibawa itu adalah manusia dan  ada juga ibu-ibu dengan melebihi kapasitas.

"Saat tikungan ada juga kami yang terlempar kesana kemari di dalam truk. Karena kami satu truk ada berjumlah 50-an orang saat itu," terangnya lagi.

Saat jemaat bertanya ke polisi, penyidik mengatakan hanya menjalankan tugas.

Jemaat tersebut juga mengaku saat di ruang penyidik sempat mempertanyakan apa alasan mereka dibawa ke Poldasu dan diperiksa.

“Kami diperiksa 5 sampai 6 jam . Di ruangan tempat saya ada 20 penyidik. Saat saya tanyakan kenapa kami dibawa dan diperiksa, pihak penyidik hanya mengatakan hanya menjalankan tugas. Memang tidak ada perlakukan kasar sama kami  dan polisi itu baik, member kami makanan dan minuman .Tapi kami aneh saja tidak melakukan perbuatan kriminal malah dibawa ke Poldasu dan ada beberapa ibu-ibu yang mengalami cidera akibat dipaksa naik ke truk,” ujarnya.

Ditambahkan, bersama temannya mereka sebanyak 80 orang diperiksa di Poldasu. Sementara dari pihak pelapor diperiksa sekitar 12 orang.

“Praeses HKBP, Sekretaris Distrik, pendeta Rumondang dan suaminya, bendahara huria, ketua pesta gotilon juga di BAP. Mereka dan yang pro keluar dari Polda  sekitar pukul 6.30 dan kami pukul 7.30 pagi tadi,” ujarnya.

Sementara itu, Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Hadi Wahyudi saat dikonfirmasi wartawan melalui pesan  WhatsApp (WA) hanya menyebut, kehadiran polisi di HKBP Pabrik Tenun guna menenangkan situasi.

Terpisah, Pengurus Yayasan Universitas HKBP Nomensen, Drs. Golfried Lubis mengatakan, sangat menyayangkan terjadinya hal yang dinilainya sangat memalukan bagi seluruh umat  HKBP itu.

Padahal kata  mantan anggota DPRD Kota Medan dua periode ini,  HKBP memiliki aturan yang sudah ada. Seharusnya setiap permasalahan di dalam internal  gereja diselesaikan secara internal.

“Jangan malah membawa pihak ketiga di dalamnya,” kata Golfried Lubis.

Harusnya, sambung jemaat HKBP Teladan Medan itu, sebelum permasalahan di tubuh gereja HKBP Pabrik Tenun semakin besar, dilakukan mediasi dan dibentuk tim untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

"Ini adalah tamparan bagi HKBP, dimana suatu masalah dilakukan dengan kekuatan dari luar. Bagimana jemaat dapat diangkat dan dibawa layaknya pelaku kerusuhan dan diperiksa di Poldasu. Dimana lagi jemaat mencari kebenaran dan kedamaian jika di dalam gereja saja sudah terjadi seperti itu,” ujarnya kesal.

Disebut Golfried Lubis, ketika diketahui ada permasalahan di tubuh internal gereja HKBP Pabrik Tenun, sepatutnya Praeses atau pimpinan HKBP mengambil alih sementara kegiatan ibadah atau  yang berkaitan lainnya di gereja itu sampai tim yang dibentuk dapat menyelesaikan permasalahan di tubuh internal gereja HKBP Pabrik Tenun tersebut.

“Jangan dilakukan pembiaran apalagi sampai melakukan shok terapi kepada jemaat yang seyogyanya adalah keluarga di gereja itu sendiri. Karena saya dengar pihak jemaat yang berseteru juga sudah pernah demo di kantor distrik dan sampai ke Kantor Pusat HKBP di Pea Raja  Tarutung terkait kisruh antara para jemaat dan pendeta HKBP Pabrik Tenun. Harusnya sinyal ini segera ditindaklanjuti agar tidak membias kemana-mana. Namun sangat disayangkan  hingga akhirnya terjadilah peristiwa dimana puluhan jemaat dan Sintua HKBP Pabrik Tenun  dibawa ke Poldasu untuk didata, meskipun pagi tadi (Minggu, 22/5/2022) pihak Poldasu sudah memulangkan para jemaat dan Sintua tersebut,” terang Golfried Lubis.
[Tohap Simaremare]
×
Berita Terbaru Update